Ketika Dharma Mengajarkan Cara Mengikhlaskan dan Bergerak Maju
Minggu pagi, 10 Agustus 2025, suasana di Ruang Budaya Humanis, Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng, terasa sejuk. Langit sedikit mendung, namun cahaya matahari perlahan muncul, menyertai hangatnya pertemuan para relawan yang datang mengikuti kegiatan Xun Fa Xiang (Menghirup Harumnya Dharma). Sebanyak 48 relawan Tzu Chi hadir dalam momen penuh makna ini.
Materi kali ini dibawakan oleh Christine Desyliana dengan tema “Membangun Tekad untuk Melenyapkan Belenggu”, yang diambil dari program Lentera Kehidupan di DAAI TV. Dalam penyampaiannya, Christine mengajak para peserta untuk menyelami ajaran Master Cheng Yen secara mendalam.
Materi kali ini dibawakan oleh Christine Desyliana dengan tema “Membangun Tekad untuk Melenyapkan Belenggu”, yang diambil dari program Lentera Kehidupan di DAAI TV. Dalam penyampaiannya, Christine mengajak para peserta untuk menyelami ajaran Master Cheng Yen secara mendalam.
Fiona, salah satu peserta, mengungkapkan pesan penting yang ia tangkap: membangun tekad yang baik dan mengikuti hati yang sejalan dengan hati Buddha.
“Belajar Dharma adalah hal yang baik untuk membangun potensi diri, menumbuhkan tekad yang murni, tidak terbawa nafsu duniawi, dan berusaha mengikuti hati yang sama dengan hati Buddha,” tutur Fiona, mengutip Lentera Kehidupan Master Cheng Yen.
Pesan berbeda dirasakan oleh Djoei Tjhai Ha. Ia terinspirasi pada bagian ceramah tentang berpacu dengan waktu.
“Apa yang dikatakan Master Cheng Yen benar adanya. Saya hanyalah bagian kecil dari bumi ini, dan waktu berjalan begitu cepat. Usia saya sudah melewati setengah abad. Karena itu, saya ingin memanfaatkan setiap saat untuk berbuat baik dan menggenggam setiap berkah yang datang demi kehidupan yang lebih baik,” ujarnya penuh kesadaran.
“Belajar Dharma adalah hal yang baik untuk membangun potensi diri, menumbuhkan tekad yang murni, tidak terbawa nafsu duniawi, dan berusaha mengikuti hati yang sama dengan hati Buddha,” tutur Fiona, mengutip Lentera Kehidupan Master Cheng Yen.
Pesan berbeda dirasakan oleh Djoei Tjhai Ha. Ia terinspirasi pada bagian ceramah tentang berpacu dengan waktu.
“Apa yang dikatakan Master Cheng Yen benar adanya. Saya hanyalah bagian kecil dari bumi ini, dan waktu berjalan begitu cepat. Usia saya sudah melewati setengah abad. Karena itu, saya ingin memanfaatkan setiap saat untuk berbuat baik dan menggenggam setiap berkah yang datang demi kehidupan yang lebih baik,” ujarnya penuh kesadaran.
Kesan mendalam juga datang dari Masako, yang baru pertama kali mengikuti Xun Fa Xiang. Sebelumnya, ia pernah mendengar ceramah Master Cheng Yen di tempat kerja, namun kali ini terasa berbeda.
“Di Xun Fa Xiang, ceramah Master diperinci dan diperdalam, sehingga lebih mengena di hati. Saya sangat tersentuh ketika Master berpesan untuk tidak terikat pada masa lalu. Itu sangat relevan bagi saya, mengingat beberapa pengalaman kurang menyenangkan yang pernah terjadi. Kini, saya bertekad untuk mengikhlaskannya dan menjadikannya pelajaran berharga,” ungkap Masako dengan lembut.
“Di Xun Fa Xiang, ceramah Master diperinci dan diperdalam, sehingga lebih mengena di hati. Saya sangat tersentuh ketika Master berpesan untuk tidak terikat pada masa lalu. Itu sangat relevan bagi saya, mengingat beberapa pengalaman kurang menyenangkan yang pernah terjadi. Kini, saya bertekad untuk mengikhlaskannya dan menjadikannya pelajaran berharga,” ungkap Masako dengan lembut.
Sebagai koordinator, Yuni menekankan pentingnya memilih materi yang realistis dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. “Dharma Master Cheng Yen yang bersifat universal kami sampaikan dengan santai dan kekeluargaan, agar peserta dari berbagai latar belakang dapat menerima tanpa merasa digurui,” jelas Yuni.
Namun, Yuni juga mengakui ada tantangan tersendiri. “Kegiatan dimulai pukul 06.20 hingga 08.00 WIB, dan Minggu pagi biasanya menjadi waktu istirahat. Apalagi jika ada kegiatan lain yang bersamaan. Tapi semangat para peserta yang tetap hadir membuktikan bahwa mereka merasakan manfaat dari Xun Fa Xiang,” ujarnya.
Dari langit yang semula mendung hingga cerah, alam seakan ikut menggambarkan hati yang menjadi lebih lapang setelah menghirup harumnya Dharma. Kegiatan ini membuktikan bahwa hari libur pun bisa menjadi momen penuh makna saat tubuh, pikiran, dan hati selaras dalam keheningan dan kebijaksanaan.
Jurnalis : Christine Desyliana ( He Qi Barat 1),
Fotografer : Bobby, Nadia, Yuni (He Qi Barat 1),
Editor : Anand Yahya.
Namun, Yuni juga mengakui ada tantangan tersendiri. “Kegiatan dimulai pukul 06.20 hingga 08.00 WIB, dan Minggu pagi biasanya menjadi waktu istirahat. Apalagi jika ada kegiatan lain yang bersamaan. Tapi semangat para peserta yang tetap hadir membuktikan bahwa mereka merasakan manfaat dari Xun Fa Xiang,” ujarnya.
Dari langit yang semula mendung hingga cerah, alam seakan ikut menggambarkan hati yang menjadi lebih lapang setelah menghirup harumnya Dharma. Kegiatan ini membuktikan bahwa hari libur pun bisa menjadi momen penuh makna saat tubuh, pikiran, dan hati selaras dalam keheningan dan kebijaksanaan.
Jurnalis : Christine Desyliana ( He Qi Barat 1),
Fotografer : Bobby, Nadia, Yuni (He Qi Barat 1),
Editor : Anand Yahya.