Renovasi Rumah Tak layak Huni Berlanjut di Kelurahan Babakan Asih di Kota Bandung
Selasa, 29 Juli 2025, menjadi hari penuh haru bagi 11 Kepala Keluarga (KK) di Kelurahan Babakan Asih dan Kelurahan Bojongloa Kaler, Kota Bandung. Bersama relawan Tzu Chi Bandung, mereka menandatangani Surat Kesepakatan Bersama (SKB) sebagai penanda dimulainya renovasi rumah tidak layak huni. Secara keseluruhan, ada 114 unit rumah yang akan direnovasi dalam program ini.
Salah satu penerima manfaat, Anwar Yusup, tak kuasa menahan air mata ketika namanya dipanggil untuk menandatangani SKB. Pipi laki-laki paruh baya itu basah oleh rasa syukur dan bahagia. Rumah yang selama ini ia tempati bersama sang ibu akhirnya akan menjadi hunian yang layak, bersih, dan nyaman.
“Alhamdulillah, gak nyangka saya dapat bantuan ini. Saya gak kepikiran bisa benerin rumah. Saya cuma buruh harian serabutan. Terima kasih sekali,” ucap Anwar dengan suara parau, matanya masih berkaca-kaca.
Salah satu penerima manfaat, Anwar Yusup, tak kuasa menahan air mata ketika namanya dipanggil untuk menandatangani SKB. Pipi laki-laki paruh baya itu basah oleh rasa syukur dan bahagia. Rumah yang selama ini ia tempati bersama sang ibu akhirnya akan menjadi hunian yang layak, bersih, dan nyaman.
“Alhamdulillah, gak nyangka saya dapat bantuan ini. Saya gak kepikiran bisa benerin rumah. Saya cuma buruh harian serabutan. Terima kasih sekali,” ucap Anwar dengan suara parau, matanya masih berkaca-kaca.
Beberapa minggu sebelumnya, atap rumah Anwar roboh akibat hujan deras yang mengguyur Bandung. Tak ada pilihan lain, Anwar dan ibunya yang sudah lanjut usia harus mengungsi ke rumah kerabat.
“Memang atapnya sudah rusak. Minggu lalu hujan gede, langsung ambruk. Gimana ya, saya gak punya biaya. Saya juga harus ngurus ibu saya yang sudah tua,” jelasnya lirih.
Rumah mungil seluas 44 meter persegi itu selama ini dihuni tiga orang. Ruangan sempit membuat mereka harus berbagi ruang dan saling mengalah. Ibu Anwar yang lansia pun hanya bisa berbaring di sudut rumah, menanti hari-hari yang lebih baik.
Dalam keputusasaan itulah, harapan datang dari para relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Bagi Anwar, program ini bukan sekadar perbaikan rumah. Ini adalah jalan keluar dari ketidakpastian.
“Saya gak tahu harus bagaimana selain senang. Bisa dapat program ini, ibu saya nanti bisa tidur enak. Seneng pisan,” katanya dengan senyum kecil yang merekah di tengah rasa haru.
“Memang atapnya sudah rusak. Minggu lalu hujan gede, langsung ambruk. Gimana ya, saya gak punya biaya. Saya juga harus ngurus ibu saya yang sudah tua,” jelasnya lirih.
Rumah mungil seluas 44 meter persegi itu selama ini dihuni tiga orang. Ruangan sempit membuat mereka harus berbagi ruang dan saling mengalah. Ibu Anwar yang lansia pun hanya bisa berbaring di sudut rumah, menanti hari-hari yang lebih baik.
Dalam keputusasaan itulah, harapan datang dari para relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Bagi Anwar, program ini bukan sekadar perbaikan rumah. Ini adalah jalan keluar dari ketidakpastian.
“Saya gak tahu harus bagaimana selain senang. Bisa dapat program ini, ibu saya nanti bisa tidur enak. Seneng pisan,” katanya dengan senyum kecil yang merekah di tengah rasa haru.
Program Bebenah Kampung Renovasi Rumah Tidak Layak Huni merupakan kerja sama antara Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dan Kementerian Perumahan serta Kawasan Permukiman Republik Indonesia. Program ini telah memasuki tahap ketiga, setelah sebelumnya dilaksanakan di Kelurahan Jamika dan Kopo.
Lebih dari sekadar memperbaiki fisik bangunan, program ini membawa makna lebih dalam menghidupkan kembali harapan di tengah himpitan hidup. Karena di balik setiap rumah yang direnovasi, ada cerita tentang perjuangan, cinta, dan mimpi yang perlahan bisa kembali terwujud.
Jurnalis : Rizki Hermadinata (Tzu Chi Bandung),
Fotografer : Rizki Hermadinata (Tzu Chi Bandung),
Editor : Anand Yahya.
Lebih dari sekadar memperbaiki fisik bangunan, program ini membawa makna lebih dalam menghidupkan kembali harapan di tengah himpitan hidup. Karena di balik setiap rumah yang direnovasi, ada cerita tentang perjuangan, cinta, dan mimpi yang perlahan bisa kembali terwujud.
Jurnalis : Rizki Hermadinata (Tzu Chi Bandung),
Fotografer : Rizki Hermadinata (Tzu Chi Bandung),
Editor : Anand Yahya.