Wajah Bahagia Warga Harapan Mulya Sambut Bantuan Renovasi Rumah
Pendopo Kantor Kelurahan Harapan Mulya, Kota Bekasi, Jumat pagi, 01 Agustus 2025, tampak ramai dengan kehadiran 19 kepala keluarga yang akan menandatangani Surat Kesepakatan Bersama (SKB) terkait bantuan renovasi rumah. Wajah-wajah mereka masih diselimuti haru sebab penandatanganan surat ini menandai bahwa rumah mereka akan segera direnovasi dalam waktu dekat.
Sorot mata Ralim (75) tak mampu menyembunyikan kebahagiaannya. Ia masih setengah tak percaya bahwa rumahnya yang sudah rusak di sana-sini akhirnya dapat diperbaiki. Bagian atap terutama sudah jebol sehingga air hujan kerap masuk ke dalam rumah. Jika hujan turun deras, banjir setinggi betis pun tak bisa dihindari.
“Perasaan saya bungah (bahagia) banget, kayak masih mimpi, ketiban apa saya, hahaha..” tawa Ralim memamerkan tiga gigi depan yang masih tersisa.
Sehari-hari Pak Ralim berjualan soto. Namun belakangan ini dagangannya makin sepi pembeli, dalam sehari ia hanya mampu menjual sekitar 10 mangkuk. Bukannya untung, ia justru sering merugi.
“Terima kasih yang sebesar-besarnya, jujur mau minta bantuan siapa? Rumah bapak sudah ambruk, kan biayanya luar biasa,” sambungnya.
Sehari-hari Pak Ralim berjualan soto. Namun belakangan ini dagangannya makin sepi pembeli, dalam sehari ia hanya mampu menjual sekitar 10 mangkuk. Bukannya untung, ia justru sering merugi.
“Terima kasih yang sebesar-besarnya, jujur mau minta bantuan siapa? Rumah bapak sudah ambruk, kan biayanya luar biasa,” sambungnya.
Warga lainnya adalah Saanah yang datang ditemani Wisma anak bungsunya, anak ke-9 dari sembilan bersaudara. Kepada para relawan Tzu Chi dan relawan Summarecon Peduli yang tengah bertugas, ia tak henti-hentinya mengucapkan rasa syukur atas bantuan renovasi rumah yang diterimanya.
Sebagai seorang pengamen, mustahil baginya memperbaiki rumah yang sudah lama tidak layak huni itu. Yang lebih memprihatinkan, rumah sempit tersebut dihuni oleh 15 orang. Empat di antaranya adalah anak perempuannya yang semuanya berstatus janda, dan salah satu di antaranya menderita penyakit kusta.
Sebagai seorang pengamen, mustahil baginya memperbaiki rumah yang sudah lama tidak layak huni itu. Yang lebih memprihatinkan, rumah sempit tersebut dihuni oleh 15 orang. Empat di antaranya adalah anak perempuannya yang semuanya berstatus janda, dan salah satu di antaranya menderita penyakit kusta.
Raut wajah Saanah menyimpan kelelahan yang sulit disembunyikan. Di usianya yang sudah lebih dari 60 tahun, ia masih harus berkeliling mengamen sejak pukul tiga sore, dan baru pulang sekitar pukul sembilan atau sepuluh malam. Semua itu terpaksa ia lakukan sejak sang suami meninggal dunia saat pandemi Covid-19.
“Senang Alhamdulillah, rumah saya mau didandanin. Saya masih enggak menyangka, kata saya terharu. Katanya nanti ada yang dibongkar biar ada jendela,” ujarnya.
Listiani, relawan Tzu Chi kembali bertemu dengan Saanah setelah sebelumnya melakukan survei bersama tim relawan ke rumahnya pada hari Senin, 14 Juli 2025. Melihat kondisi Saanah dan rumahnya yang sangat tidak layak huni, menurut Listiyani, Saanah memang sudah sepatutnya menerima bantuan.
“Saya mengikuti dari awal survei dan melihat langsung rumahnya dan hari ini ia tanda tangan, saya sangat bahagia. Semoga dengan adanya renovasi, dia bisa hidup lebih sehat lagi. Rumahnya lebih nyaman lagi,” katanya dengan nada lega.
“Senang Alhamdulillah, rumah saya mau didandanin. Saya masih enggak menyangka, kata saya terharu. Katanya nanti ada yang dibongkar biar ada jendela,” ujarnya.
Listiani, relawan Tzu Chi kembali bertemu dengan Saanah setelah sebelumnya melakukan survei bersama tim relawan ke rumahnya pada hari Senin, 14 Juli 2025. Melihat kondisi Saanah dan rumahnya yang sangat tidak layak huni, menurut Listiyani, Saanah memang sudah sepatutnya menerima bantuan.
“Saya mengikuti dari awal survei dan melihat langsung rumahnya dan hari ini ia tanda tangan, saya sangat bahagia. Semoga dengan adanya renovasi, dia bisa hidup lebih sehat lagi. Rumahnya lebih nyaman lagi,” katanya dengan nada lega.
Lurah Harapan Mulya, Agung Adi Putra, mengakui bahwa program renovasi rumah ini sangat meringankan beban program Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu) yang dijalankan pemerintah. Melalui kolaborasi antara Tzu Chi Indonesia dan Summarecon, Kelurahan Harapan Mulya beruntung mendapat bantuan renovasi untuk sekitar 46 rumah. Jumlah tersebut tentu sangat membantu percepatan penyelesaian program Rutilahu di Kota Bekasi, khususnya di wilayah Kelurahan Harapan Mulya.
Kebetulan Kelurahan Harapan Mulya masih memiliki beberapa wilayah yang kondisi warganya masih memiliki rumah kurang layak. Tentu harapannya dengan adanya program ini warga dapat memiliki tempat tinggal yang lebih nyaman, berimplikasi pada kesehatan warga yang tinggal dan akhirnya berdampak juga pada peningkatan semangat untuk ekonominya dan juga pendidikannya,” tutur Agung penuh harap.
Jurnalis : Khusnul Khotimah,
Fotografer : Khusnul Khotimah,
Editor : Fikhri Fathoni.
Kebetulan Kelurahan Harapan Mulya masih memiliki beberapa wilayah yang kondisi warganya masih memiliki rumah kurang layak. Tentu harapannya dengan adanya program ini warga dapat memiliki tempat tinggal yang lebih nyaman, berimplikasi pada kesehatan warga yang tinggal dan akhirnya berdampak juga pada peningkatan semangat untuk ekonominya dan juga pendidikannya,” tutur Agung penuh harap.
Jurnalis : Khusnul Khotimah,
Fotografer : Khusnul Khotimah,
Editor : Fikhri Fathoni.