Sanubari Teduh

Sanubari Teduh-423-Membangkitkan Kekayaan Batin

Saudara se-Dharma sekalian, orang yang batinnya miskin adalah yang paling kasihan. Saya terus berkata kepada kalian untuk mengembangkan pikiran yang baik. Jika pikiran penuh kekikiran dan ketamakan, kehidupan pasti terasa miskin. Sebanyak apa pun harta yang dimiliki, orang yang kikir dan tamak selalu merasa tidak cukup dan tidak pernah puas. Ketidakpuasan adalah kondisi yang paling miskin. Jadi, kemiskinan batin juga termasuk penyakit yang harus diobati. Obat-obatan di dunia tak bisa menyembuhkannya. Hanya ajaran Buddha yang bisa. Hanya orang yang berjodoh yang bisa membimbingnya. Jadi, orang yang batinnya miskin adalah yang paling kasihan. Jika berjodoh untuk mendengar Dharma, Jika berjodoh untuk mendengar Dharma, dapat membangkitkan rasa hormat terhadap Tiga Permata, dapat menyerap Dharma ke dalam hati, dan mengubah perilaku, orang seperti ini akan mampu berdana dan bersukacita.

Dengan demikian, kemiskinan akan berubah menjadi kekayaan. Mengubah kemiskinan menjadi kekayaan apakah semudah itu? Sesungguhnya, memang sangat mudah. Di Tzu Chi, banyak relawan yang telah melihat berbagai tempat dan bertemu dengan banyak orang. Setiap orang yang ditemui Setiap orang yang ditemui bagaikan sebuah kitab yang berisi pelajaran. Kita pernah mendengar para anggota komite berbagi pengalaman. Mereka bercerita tenang seorang lansia. Dalam hidupnya, selagi muda dia kurang berpikir panjang. Meski dia memiliki rumah, tanah, keluarga, anak, dan seharusnya merasa puas, dia tetap belum puas. Dia merasa harus lebih bekerja keras lagi. Jadi, untuk mengembangkan usaha, dia perlu menjamu orang. Dalam jamuan tentu ada minuman beralkohol. Dia pun terjerumus. Teman-temannya mengajaknya memasang lotre. Mulanya, dia diberi kesempatan menang. Dia merasa itu lebih menguntungkan daripada usahanya, juga lebih santai dan cepat berbuah. Dia mulai tenggelam dalam lotre. Lama-kelamaan dia mulai kalah banyak. Lalu, teman-temannya berkata, “Kamu pergi saja ke kasino.” “Berjudi dengan orang lebih menguntungkan.” Sekelompok pejudi mengelilinginya. Awalnya, saat memasang taruhan kecil, Awalnya, saat memasang taruhan kecil, dia juga masih menang. Saat memasang taruhan besar, dia terus kalah. Dia terjemurmus ke dalam lotre, lalu perjudian, minuman keras, dan sebagainya. Keluarganya mulanya baik-baik saja. Dia sangat rajin bekerja dan menyayangi anak istri. Lalu, dia mulai minum minuman keras dan main lotre. Dia juga terjerumus ke dalam perjudian. Dia tidak lagi menjalankan usahanya.

Jika pulang ke rumah sambil mabuk, dia akan memukul anak istri. Sawah dan usahanya terus gagal. Lalu, istrinya meminta untuk bercerai dan membawa anaknya. Saat relawan bertemu dengannya, dia sudah tinggal di tengah rumput liar. Entah sudah berapa lama. Rumput sudah lebih tinggi dari rumahnya. Namun, kondisi tubuhnya masih cukup baik. Di luar, dia masih senang bergaul. Meski hidup kekurangan, dia masih tetap suka bertemu dan mengobrol dengan teman-temannya. Di rumahnya banyak tumpukan sampah. Para tetangganya melaporkan kasus ini kepada relawan Tzu Chi. Saat relawan pertama kali datang, meski orang tua ini kelihatannya gemar bergaul, tetapi tak suka orang lain masuk ke rumahnya. Relawan kita berbicara dengan kakek itu agar mereka diizinkan untuk membersihkan rumahnya. Kakek itu tidak mengizinkan. Seorang anggota Tzu Cheng mencoba berteman dengannya. Perlahan-lahan, kakek ini merasa anak muda ini cukup baik. Anak muda ini memanggilnya kakek.

Lama-lama, kakek itu terbiasa Dia sering membawakan makanan untuk kakek itu. Dia mengunjunginya di pagi hari dan di malam hari. Suatu hari, dia lalu berkata, “Kek, saya sudah sering datang kemari.” “Saya ingin duduk-duduk di dalam, tetapi di luar kotor sekali.” “Bolehkah saya bantu bersihkan?” “Bolehkah saya bantu bersihkan?” “Saya akan cabuti juga rumputnya.” Kakek itu menjawab, “Boleh saja.” “Saya hanya kekurangan tenaga.” “Ada, ada,” kata relawan kita. “Kami ada banyak orang, semuanya adalah Tzu Cheng seperti saya.” “Sebelumnya, waktu kami kemari, Kakek tidak mengizinkan mereka mendekat.” “Mereka sangat peduli padamu, sama seperti saya.” “Boleh saya ajak mereka untuk membersihkan rumah ini?” “Jika mereka sama denganmu, boleh.” Jadi, dia mencari sekelompok relawan, ada anggota komite dan Tzu Cheng, jumlahnya mencapai belasan orang. Mereka mencabuti rumput di depan dan belakang rumah kakek itu serta membersihkan sampah di sekelilingnya. Dilihat dari jendela, bagian dalam rumahnya sangat kotor. Dia kemudian kembali meminta izin, “Kek, bolehkah lain kali kami bersihkan bagian dalam rumah Kakek?” Kakek itu melihat begitu banyak orang begitu baik kepadanya dan tidak menyebutnya orang tua  kesepian. dan tidak menyebutnya orang tua  kesepian. Setelah membersihkan lingkungan luar rumahnya, para relawan membawakan silinder kayu bekas penggulung kabel bekas penggulung kabel untuk diletakkan di depan rumahnya dan dijadikan sebagai meja. Yang berukuran lebih kecil disusun menjadi kursi. disusun menjadi kursi. Mereka juga membawa makanan untuk Kakek, tetapi mengatakan bahwa Kakeklah yang mentraktir mereka. Mereka mendampingi Kakek dengan sukacita. Jadi, si kakek merasa orang-orang itu boleh diajak bergaul. orang-orang itu boleh diajak bergaul.

Jadi, saat mereka meminta izin untuk membersihkan bagian dalam rumahnya, dia menjawab, “Boleh, kapan kalian datang?” “Sabtu depan.” “Baiklah.” Begitu para relawan membuka pintu rumahnya, di dalamnya sangat kotor dan berbau tak sedap. Kakek itu berkata, “Maaf, sudah belasan tahun ingin membersihkan, tetapi tangan terasa lemas.” “Jadi, saya biarkan saja.” “Tak apa.” “Kami datang untuk membersihkannya.” Begitu pintu dibuka, tikus, kecoak, dan ular ada di sana. Orang-orang pun kaget. Namun, cinta kasih mengalahkan segalanya. Ular sudah berhasil diusir, tikus pun tak perlu ditakutkan. Mereka memang berteriak, tetapi tikus tetap takut pada manusia. Kecoak juga demikian. Jadi, para relawan hanya bisa berhati-hati agar jangan sampai menginjak ular atau binatang kecil. Dalam sehari, belasan orang membersihkan rumah si kakek. Mereka bahkan mengecat dinding rumahnya dan mengeluarkan sampah-sampahnya. Rumah si kakek menjadi bersih dan tampak seperti baru. Sejak saat itu, kakek itu sering berinteraksi dengan relawan Tzu Chi. Seorang relawan berkata, “Kek, daripada setiap hari hanya mengobrol, itu tidak ada gunanya, lebih baik ikut saya bekerja.” “Saya sudah tua, bagaimana bisa bekerja?” “Bisa.” “Yang lebih tua dari Kakek juga bisa.” “Kakek tetap bisa menolong orang.” “Saya sudah tua begini, bagaimana bisa menolong orang?” “Kakek ikut saja dengan saya.” “Kakek ikut saja dengan saya.” Relawan mengajak kakek ini untuk melihat para relawan lansia. “Sedang apakah para relawan ini?” “Barang-barang di sini mirip dengan yang ada di rumah saya.” Saat melihat satu pekerjaan, Saat melihat satu pekerjaan, Saat melihat satu pekerjaan, dia mulai mencobanya. dia mulai mencobanya.

“Yang ini saya bisa lakukan.” “Yang itu juga bisa.” Pekerjaan yang dimaksud adalah memilah sampah. Orang-orang berbincang dengannya dan berkata, “Kek, tahukah Kakek bahwa semua ini adalah emas?” “Barang-barang ini bisa didaur ulang.” “Barang-barang ini bisa didaur ulang.” Setelah dijelaskan, dia merasa semua itu sangat masuk akal dan dia pun bisa melakukannya. dan dia pun bisa melakukannya. Dia mulai datang ke posko daur ulang setiap hari. Dia harus berjalan kaki sekitar 40 menit. Jika melihat sampah plastik di jalan, dia akan memungutnya dan membawanya ke posko. Saat melihat kaleng minuman, dia juga memungutnya dan memasukkannya ke kantong plastik. Dia melakukan ini sepanjang jalan. Begitu pula dalam perjalanan pulang. Sepanjang jalan dia terus memungut sampah. Keesokan harinya, dia membawa semua itu sambil memungut sampah lagi di jalan menuju posko daur ulang. Orang-orang memujinya.

Saat dipuji, dia sangat senang. Dia menjalin jodoh dengan banyak orang. Relawan berkata padanya, “Kami bisa membuatmu gembira dan berbincang banyak dengan Kakek, tahukah kakek dari mana datangnya semua ini?” “Tidak tahu,” jawab si kakek. “Kalian semua hebat.” “Semua ini berkat guru kami,” jawab relawan. “Guru kami setiap hari memberi ceramah.” “Mari kita dengar.” Mereka menyalakan televisi dan mendengar ceramah saya lewat program Lentera Kehidupan lewat program Lentera Kehidupan sambil melakukan daur ulang. Dari sana si kakek juga bisa melihat, “Rumah orang itu lebih kotor daripada rumah saya dahulu.” Dia mendengar saya bercerita tentang relawan Tzu Chi yang membersihkan rumah pasien. Meski yang ditayangkan bukan rumahnya, tetapi saat melihatnya, dia bisa membandingkan dengan keadaannya dahulu.

Lalu dia berkata, “Kelak, jika ingin membersihkan rumah orang, boleh mengajak saya.” “Saya juga bisa membantu.” Begitulah dia bersumbangsih selangkah demi selangkah. Selama beberapa tahun ini, tubuhnya masih sehat dan dia masih menjadi relawan daur ulang. Suatu hari, saat saya menghadiri Pemberkahan Akhir Tahun, dia datang untuk bertemu dengan saya. Seorang relawan membawanya dan menceritakan kisahnya. Sambil mendengar, dia berkata, “Maaf, dahulu saya benar-benar bodoh.” Dahulu dia pernah mengalami masa jaya. Saat ditanya, “Anakmu pernah menjenguk?” dia menjawab, “Tidak.” “Di mana mereka saya juga tidak tahu.” “Saya tinggal di mana mereka juga tak tahu.” “Mungkin nanti saya harus minta bantuan dari pemerintah desa.” Relawan Tzu Chi menjawab, “Tidak perlu, Kek.” “Kalau Kakek mau, kami bisa menanyakannya.” “Kakek punya nomor kependudukan.” “Dari nomor kependudukan yang lama, kami bisa mencarinya.” Akhirnya, anaknya berhasil ditemukan. Tidak ada yang mau mengakuinya. Namun, insan Tzu Chi mulai melakukan pendekatan kepada ibu mereka. Mereka terus mencoba. Saya mendengar ceritanya sampai di sini. Mereka terus mencoba untuk melakukan pendekatan. Setelah dipikir-pikir, jika mereka tahu si kakek sudah berubah, temperamennya membaik, sudah berhenti merokok, sudah tidak minum minuman keras, tabiat buruknya sudah diubah selama beberapa tahun ini, mungkin keluarga ini bisa bersatu kembali. mungkin keluarga ini bisa bersatu kembali. Intinya, orang yang berjodoh untuk mendengar Dharma dapat bersumbangsih dengan sukacita. dapat bersumbangsih dengan sukacita.

Dengan demikian, miskin dapat berubah menjadi kaya. Meski kakek itu tetap hidup sendirian, tetapi setiap hari dia menjadi relawan daur ulang. Dia merasa gembira. Dia tahu dia dapat membantu orang lain dan melindungi bumi. Bayangkan, bukankah dia menjadi orang yang paling kaya? Di dalam dunia Tzu Chi, begitu banyak orang dengan berbagai cerita. Semua ini bagaikan kitab. Kita harus bersungguh hati mempelajarinya. Kaya atau miskin bukan semata-mata masalah materi yang berwujud, melainkan pikiran. Untuk merasakan kebahagiaan yang tak berwujud, kita harus menjalin jodoh baik dengan banyak orang. Kita menjadi kaya cinta kasih. Kita menjadi kaya cinta kasih. Inilah kekayaaan batin. Sebelumnya kita telah membahas bahwa ketamakan menyebabkan banyak karma buruk. Berikutnya dikatakan, Sebelumnya kita pernah membahas tentang mengambil secara ilegal kepunyaan setan, dewa, hewan, dan makhluk lain dari empat jenis kelahiran. Kadang orang mengatasnamakan dewa atau setan untuk menipu harta. Modusnya banyak sekali. Jadi, tadi dikatakan bahwa banyak orang mencari keuntungan dari keuntungan; mencari bunga dari bunga.

Kita juga telah membahas bahwa dalam perdagangan, banyak orang menukar barang yang buruk dengan barang bagus yang berharga; menjual dengan takaran kurang, tetapi membeli dengan takaran lebih. Ketamakan seperti ini banyak sekali dan tak habis disebutkan. Inilah terus menuntut lebih banyak dengan jahat. Jahat berarti tidak sesuai norma, entah itu tidak jujur dalam berdagang, mengakali timbangan, dan berbuat tidak adil, semua ini tidak benar. Ada orang bahkan merampok, mencuri, atau menipu. Semua ini adalah perbuatan jahat. Inilah “menuntut lebih banyak dengan jahat”. Mereka merampas tanpa peduli pada norma atau bahkan menipu. Mereka tetap tidak merasa cukup karena ketamakan tiada batasnya. Jadi, mereka terus melakukan kejahatan. Mereka terus menuntut tanpa kenal batas dan menghalalkan segala cara tanpa pernah merasa puas.

Mereka terus mengambil tanpa pernah puas. Kita sering melihat siaran berita tentang orang yang mencuri. Begitu kasus terpecahkan, di tempat persembunyiannya terdapat berbagai jenis barang. terdapat berbagai jenis barang. Di sana ada banyak barang berharga sampai barang yang sederhana. Tempat itu bagai toko serba ada atau pasar swalayan. Semuanya ada. Jika begitu, kehidupan orang itu juga tidak kekurangan. Jadi, dia mencuri bukan demi mengisi perut atau bertahan hidup. Bukan. Dia mencuri dan menimbun barang curiannya. Ini karena dia tak pernah merasa puas. Berbagai kesalahan ini Berbagai kesalahan ini tidak  terbatas dan tidak habis disebutkan. Ragam kesalahannya sungguh tak dapat disebutkan satu per satu. Meski setiap hari kita membahasnya, tetapi berbagai kesalahan yang kasar ataupun yang halus sangat banyak jenisnya. Kita mendengar pembabaran Sutra sudah demikian lama. Teks Pertobatan juga telah kita dengar berkali-kali. Atas segala kesalahan yang disebutkan tadi, kita seharusnya mengingatkan diri sendiri. Kita harus mengerti untuk berintrospeksi.

Dengan demikian, kita akan dapat memperbaiki diri dan mengubah ketamakan menjadi kemurahan hati. Oleh karena itu, kini kita bertobat atas satu per satu kesalahan. “Hari ini kami menyampaikan doa.” Kini kita harus berdoa dengan hati yang tulus. Atas segala kesalahan masa lalu, kita telah bertobat satu demi satu. Segala kesalahan dijabarkan dengan semakin jelas. Bukan hanya pada kehidupan sekarang, melainkan berkalpa-kalpa kehidupan lampau sejak masa tanpa awal. Kita tidak tahu berapa banyak kesalahan telah kita pupuk. Kita telah bertobat selapis demi selapis. Kini kita harus lebih tulus. “Di hadapan para Buddha di 10 penjuru, Dharma yang mulia, dan Sangha yang suci, kami bertobat atas semuanya.” “Semoga dengan pahala yang tumbuh dari pertobatan atas kesalahan mencuri dan lainnya ini…” Sebelumnya kita telah membahas berbagai perbuatan mencuri, seperti merampok, merampas, mengambil, dan mengutil, bahkan melubangi dinding atau menggali terowongan untuk memindahkan barang curian. untuk memindahkan barang curian. Begitu banyak cara yang dilakukan untuk mencuri. Ada pula yang mencurangi timbangan atau ukuran. Cara berdagang seperti ini tidaklah halal.

Mereka mencuri dengan mengurangi takaran. “Dengan pahala yang tumbuh dari…” Kita telah bertobat. Pertobatan adalah pemurnian. Setelah bertobat, kita akan menumbuhkan benih cinta kasih dan kemurahan hati serta benih pahala. Benih yang baik perlahan tumbuh di dalam hati kita. Benih yang baik sudah mulai merasuk ke dalam batin kita. Ini disebut “pahala yang tumbuh”. Asalkan ajaran Buddha meresap ke dalam batin, niat baik di dalam hati kita perlahan-lahan akan tumbuh. Ini yang disebut “pahala yang tumbuh”. Setelah mendengar ajaran Buddha, kita bertobat. Kebajikan meresap ke dalam hati kita dan menumbuhkan pahala. Dari kehidupan ke kehidupan, kita memperoleh permata pengabul harapan.

Artinya, kelak kita tak lagi memiliki utang dan telah banyak menjalin jodoh baik. Kehidupan di masa depan bergantung pada saat ini. Jika masih ada sisa karma buruk, kita segera membayarnya. Jodoh baik harus segera kita jalin. Ini adalah nutrisi bagi masa depan. Nutrisi bagi masa depan sama dengan nutrisi bagi pelatihan diri kita. Ia menumbuhkan jiwa kebijaksanaan kita. Kita memurnikan diri pada kehidupan ini. Seperti kakek tadi, kini rumahnya bersih luar dalam. Penghuninya pun kini juga mulai melakukan kebajikan. Dengan begitu, di masa kini dia akan bertutur kata baik dan berbuat baik. Dengan demikian, dia menjalin jodoh baik untuk masa depan. Tentu, berbagai harapannya akan tercapai. Saudara sekalian, kita harus meyakini hukum sebab akibat. Dalam mempelajari ajaran Buddha, kita harus menjaga pikiran kita. Jangan ada ketamakan dalam batin kita. Jika batin kita tidak pernah merasa puas, berarti batin kita miskin. Ini adalah orang yang paling kasihan. Setelah berjodoh untuk mendengar Dharma, kita harus menjalankannya dengan tulus. Dengan begitu, kemurahan hati akan bangkit dalam batin kita.Kita akan senang berdana. Ini berarti mengubah miskin menjadi kaya. Yang terpenting dalam mendengar Dharma adalah mengubah pola pikir kita. Untuk itu, bersungguh-sungguhlah senantiasa.  

Leave A Comment